Artefak Arca Buddha Pandhara

Artefak Arca Buddha Pandhara

Dalam Budhisme Mahayana, Pandhara dikenal sebagai bodhisattvadevi yang berasal dari bijamantra PAM. Ia adalah pasangan spiritual dari Amitabha, atau kadang-kadang juga dianggap sebagai sakti Avalokitesvara.

Dalam penggambarannya pada area ini, ia digambarkan duduk di atas padmasana dengan sikap sattvaparyangkasana. Tangan kanannya memegang tangkai bunga padma, sedang tangan kirinya menampilkan sikap varamudra.

Selain itu, ia digambarkan memakai bodhisattvabharana yang terdiri atas kiritamakuta berhiaskan bunga, kundala, hara dengan motif daun dan bunga sebagai pusatnya, keyura, kankana, upavita berbentuk pita dengan hiasan cross-hatching, katibandha, dhoti dengan motif garis kombinasi vertikal-horizontal, serta padavalaya.

Artefak Arca Buddha Pandhara

Artefak arca Buddha Pandhara ditemukan di Desa Rejoso, Kecamatan Jogonalan, Klaten. Selain Pandhara, ada Artefak Arca Buddha Rejoso lima belas buah arca lagi yang diketemukan dan semuanya terbuat dari logam perunggu.

Teknik yang digunakan dalam perbuatan arca tersebut secara umum adalah a cire perdu atau teknik lost wax, kecuali sebagian kecil dari bagian tertentu pada beberapa arca yang ditambahkan dengan menggunakan teknik casting on.

  • Bahan perunggu, dicetak dengan teknik lost wax,
  • Bentuk penggambaran: tiga dimensi
  • Tinggi : 15 cm.
  • Gaya: Jawa Tengah, abad IX-X.

Riwayat Penemuan Arca

Riwayat penemuan Artefak Arca Buddha ini bermula dari sekelompok pembuat bata menemukan sebuah guci yang terpendam dalam tanah. Setelah guci yang pecah diangkat, ternyata di bawahnya masih terdapat dua buah guci yang lain dalam posisi tergeletak bertolak belakang.

Di antara kedua guci tersebut, ditemukan sebuah bejana perunggu serta sebuah talam perunggu yang di atasnya terdapat vajra dan genta. Di dalam bejana perunggu yang sudah rusak tadi ditemukan berbagai jenis artefak perunggu, dan yang paling menarik adalah 15 buah arca perunggu.

Menjelajahi Keindahan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu

Akhirnya Kantor Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Provinsi Jawa Tengah mengadakan peninjauan yang kemudian dilanjutkan dengan penelitian dibantu Arkeologis Universitas Gadjah Mada. Hasil penelitian arkeologis menghasilkan kesimpulan bahwa temuan dari Rejoso adalah benda cagar budaya yang penting sekali sehingga wajib dilindungi.

sumber: khazanah.web.id

You May Also Like

About the Author: Sumber

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *